Bunga

Bunga kau tak menyebutkan wangimu
Bunga kau tak menyebutkan keindahanmu
Walaupun setangkai layu kau tetap tak ingin tau
Meski guratan di daunmu kau ingin menulis sesuatu, sesuatu yang tak ingin mentari dan bulan tau
Sesuatu yang tak ingin mawar menjadi kelambu jahat
Seperti melati yang menerbangkan janji-janji
Begitulah senyumu padaku,namun kau tak bersuara, kau membisu, saat hewan-hewan yang sedang lewat mematahkan tangkaimu, kulihat engkau menangis, dan akupun bersedih.
Mungkin air takkan pernah kau minum lagi, mentari tak pernah kau hirup lagi
Namun jika boleh wahai bunga, aku ingin menghidupkanmu kembali
Meletakanmu kembali pada orbit yang saling berdekatan dengan kekasihmu
Menangkap gambar bayangmu dikameraku
Meletakanmu pada mawar-mawar cinta
Dan memahkotaimu dengan pelindung emas yang megah
Dan kini yang tinggal hanya senyummu yang bergantung pada nasib, nasib bunga.

Rebana

Rebana kecil menari-nari
Selama awan menutupi bumi
Tak akan goyah imanku ini
Tak perlu ada guratan kesedihan

Bila naungan fajar bercerita
Kepada hati nan lembut dan percaya
Maka pada siapa tarian-tarian ini
Kupersembahkan pada sang pemilik hati

Hati nan tegar ketika berkata: "sayangku"
Aduhai kepada pilar-pilar hati
Janganlah engkau mudah tumbang
Tetapi kuatkanlah selembar oleh daun-daun

Kepada sang mentari bertanya: dimana ia yang telah pergi?
Aku telah berjumpa denganNya
Kepada kesadaranku kepada penglihatanku
Janganlah ia mencuri hati lagi

Karena saat ia mencuri yang terdengar hanyalah bunyi tari-tarian rebana yang teralun renyah ditelinganya hingga masuk kerongga telinganya

Dapatkah alunan rebana menjadi alat untuk memuliakan sang maha tinggi?
Kepada siapakah alunan nada ini berbunyi, aku tidak tahu, yang pasti ia tidak mendengarnya lagi

Asal Mula Marga di Pulau Nias

Konon, Lowalangi (Mula Jadi Na Bolon bagi orang Batak)menciptakan langit berlapis Sembilan. Lalu menciptakan pohon kehidupan bernama Tora’...