Sederhana saja; bangunlah karir Anda sampai ke titik
dimana Anda layak dihormati dan dihargai tinggi. Agar bisa membangun
karir dengan baik, maka Anda harus membuang jauh-jauh mental
‘b-u-r-u-h’. Mengapa demikian? Karena mental b-u-r-u-h itu menyimpan 5
faktor penghambat karir yang sangat mematikan. Apa sajakah kelima faktor
itu? Berikut ini uraiannya.
1. B=Bersembunyi dibalik topeng
‘nasib’. Baik atau buruknya karir seseorang sama sekali tidak ada
hubungannya dengan nasib. Perhatikan para pekerja gagal. Mereka
menganggap bahwa mandeknya karir dan bayaran mereka sudah menjadi nasib
sehingga tidak terdorong untuk menggeliat bangkit dari posisi rendahnya.
Walhasil, dari tahun ke tahun tidak ada perbaikan jabatan dan
pendapatan signifikan yang mereka dapatkan. Jadilah karyawan yang berani
berjuang untuk memperbaiki karir sendiri karena nasib selalu mengikuti
ikhtiar yang Anda lakukan.
2. U=Ulet hanya ketika diawasi oleh
atasan. Sudah bukan rahasia lagi jika banyak sekali karyawan yang ulet,
gigih, dan giat hanya ketika ada atasannya saja. Tapi saat atasannya
tidak ada; mereka berleha-leha atau mengerjakan sesuatu yang tidak
produktif pada jam kerja. Para pegawai berdasi pun banyak yang memiliki
perilaku seperti ini. Padahal, sikap seperti ini jelas sekali
menunjukkan jika mereka tidak layak untuk mendapatkan tanggungjawab yang
lebih besar. Jadilah karyawan yang bisa diandalkan, baik ada atau
tidaknya atasan; karena kualitas seseorang dinilai dari tanggungjawab
pribadinya ketika dia sedang sendirian.
3. R=Rendah diri. Kita
sering keliru menempatkan kerendahan hati dengan sifat rendah diri.
Ketika berhadapan dengan senior atau orang yang pendidikannya lebih
tinggi, kita merasa kecil sekali. Padahal sebagian besar manager atau
direktur pada mulanya adalah orang-orang yang menduduki posisi rendah
seperti kebanyakan karyawan lainnya. Sifat rendah diri mengungkung orang
dalam kotak inferioritas sehingga kapasitas dirinya tidak terdaya
gunakan. Jadilah karyawan yang rendah hati, karena mereka yang rendah
hati memiliki kualitas diri yang tinggi, namun tetap bersikap arif,
positif dan konstruktif.
4. U=Unjuk rasa melampaui unjuk prestasi.
Unjuk rasa tidak selalu harus turun ke jalan. Protes soal kenaikan gaji
adalah contoh nyata unjuk rasa yang sering terjadi di kantor-kantor.
Menggunjingkan atasan dan managemen di kantin atau toilet juga merupakan
bentuk unjuk rasa yang tidak sehat. Perhatikan para karyawan yang tidak
puas dengan kebijakan perusahaan. Mereka berkasak-kusuk sambil
mengkorupsi jam kerja. Padahal, itu semakin menunjukkan kualitas buruk
mereka. Jadilah karyawan yang rajin unjuk prestasi, karena prestasi
membuka peluang untuk mendapatkan kesempatan dan pendapatan yang lebih
besar.
5. H=Hitung-hitungan soal pekerjaan dan imbalan. Banyak
sekali karyawan potensial yang akhirnya gagal membangun karirnya hanya
karena merasa tidak dibayar dengan pantas. “Kalau gua digaji cuma
segini, ngapain mesti kerja keras?’ begitu katanya. Padahal, sikap
seperti itu tidak merugikan perusahaan lebih dari kerugian yang dialami
oleh orang itu sendiri. Mereka membuang peluang untuk mengkonversi
potensi dirinya menjadi karir yang cemerlang. Jadilah karyawan yang
berfokus kepada kontribusi yang tinggi, karena bayaran atau imbalan akan
mengikutinya kemudian.
Jika Anda mampu membuang mental
‘b-u-r-u-h’ yang sudah saya jelaskan diatas, maka Anda tidak akan
menjadi buruh rendahan. Sebaliknya, Anda akan menjadi karyawan yang
ketika pensiun nanti; memiliki sesuatu yang layak untuk dibanggakan.
Artikel oleh : Dadang Kadarusman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar