Daun tampak
hijau alami dalam sinaran matahari yang menyinarinya. Pagi itu seakan kabut
berlari-lari dalam kesunyian yang berebut pandang. Seperti bulu roma yang
merinding karena tertabrak olehnya dan mengirim tanda selamat datang fajar.
Pemuda itu
berperawakan pendek dan agak kurus. Terlihat tampak ada bekas air mata yang dia
coba usap sehabis keluar dari indekosnya. Hembusan anginpun seakan - akan
mengusik batinnya dan semakin membuatnya terasa hampa. Namun dia coba
menenangkan perasaannya dengan menyanyikan sebuah lagu yang ceria.
Hari itu adalah
dari senin. Hari dimana setelah semua orang kembali beraktivitas setelah
menikmati weekend. Dia memulai perjalanannya untuk pergi kesebuah kampus dengan
celana jeans biru dan kemeja hitam yang agak longgar dibadannya. Diapun
menghelas napas panjang dan sejenak berhenti pada sebuah persimpangan. Terasa
sekali dipandangannya tentang sebuah sosok yang membuatnya takut, seperti saat
kejadian yang pernah dia alami sebelumnnya.
Hari itu jadwal
perkuliahan sangat padat. Dosen mengumumkan ada ulangan secara mendadak dan
serentak mahasiswa terkejut, begitu juga dengan aku. Namaku Rian, aku adalah
mahasiswa semester tiga yang baru mendapat predikat orang yang eksentrik. Saat
itu teman-temanku menganggap aku ini pintar namun sangat menyebalkan. Ujian
selesai dan semuanya meninggalkan ruang
bioskop, begitulah anak-anak disini menyebutnya.