Tampilkan postingan dengan label Cerpen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerpen. Tampilkan semua postingan

Tidak Lagi Menangis karena Kenangan

Betapa bahagianya punya kekasih. Menangislah, tidak apa-apa.. 
"hah, kenapa aku menangis?"begitulah yang terjadi dengan Rian seorang pemuda yang tadinya periang, menangis di tengah derasnya hujan yang mengalir membasahi tubuhnya di malam itu. Tampak lampu-lampu kota menyinari tubuhnya dari segala sisi.
Perpisahan, itulah penyebabnya..

Hatilah Yang Memilih

Awal bulan ini semuanya serba meningkat, dari harga sembako sampai kebutuhan sekolah semuanya naik. Perkenalkan Saya Leo, bulan ini benar-benar sibuk karena bakal berganti teman sekelas dan guru pengajar.


Dia yang ku taksir benar-benar anggun dan bisa dibilang cakep, namanya Ratih. Diam pun Saya suka apalagi saat dia tersenyum.

Hanya Itu Yang Bisa Kuberikan


Disuatu tempat yang sangat menghijau dengan angin menerbangkan daun-daun yang berguguran, terdapatlah seorang pemuda yang sedang tidur dibawah pohon yang rindang, Suatu kali ia bermimpi bertemu dengan seorang gadis pujaan hatinya, yaitu teman se almamaternya dulu.

Senyum Yang Indah #Bagian 5 & 6 (Selesai)


 Senyum Yang Indah  #Bagian 5

Demi masa sesungguhnya manusia berada dalam keadaan yang penuh dengan cobaan didunia ini. Tuhan adalah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang hambanya. Tapi menurutku aku sangatlah kecil dibanding dengan isi jagad raya ini, bahkan aku tidak dapat memandang jauh melebihi batas penglihatan indra manusiawiku. Memang benar setiap manusia selalu diuji keimanannya karena itulah yang mendewasakan iman orang tersebut. Begitupun yang aku alami dihidupku, terasa penuh dengan ujian, tapi aku selalu memohon kepadaTuhan agar selalu menyertai perjalanan hidupku dan jangan pernah meninggalkanku.

Senyum Yang Indah #Bagian 4


            Didalam cerita antara aku dan dia dibumbui oleh rasa humor yang terbawa. Seakan selalu bibirku ini tampak tersenyum ketika melihatnya berbicara. Oh Tuhan, aku sudah terpikat olehnya. Seandainya aku bisa pergi mungkin rasa ini takan pernah ada. Namun aku hanyalah seperti daun kering yang tertiup oleh angin. Seakan aku terbawa olehnya.
Mungkin setiap hari hari akan lebih menderita bila seandainya aku tidak melihatnya disisiku. Kenapa Yang Maha pemberi cinta menganugerahkan rasa ini kepadaku.

Senyum Yang Indah #Bagian 3


Suara kokokan ayam terdengar dilintasan atmosfer ruang hidupku. Bunyinya seakan memekikan telinga. Tapi ini bukanlah sebuah ayam yang nyata. Ini hanyalah sebuah data rekaman suara tiruan diponselku. Ha ha ternyata itu benar-benar hal yang tidak pernah terduga. Hanya alarm bukan yang lain. Kuambil sebuah gelas kosong untuk kuisi dengan secangkir kopi yang hangat. Memang terasa dingin suasana dipagi itu. Mungkin karena embun tak mau mengirimi pesan terlebih dahulu saat mencoba memasuki ruangan kamarku. Namun aku tidak bisa mengerti bahasa embun. Agar lebih menjaga suhu tubuhku, mungkin aku harus tetap berselimut. Tapi kulihat tulisan yang kubuat tadi malam sebelum tidur seakan berbicara kepadaku.

Senyum Yang Indah #Bagian 2


Sepertinya malam ini begitu melelahkan. Aku terus berjalan dalam keheningan. Didalam pikiranku terus berloncatan suatu kata penasaran. Mungkin seperti sebuah dna yang kehilangan sebuah elemen gennya. Begitupun aku seakan tak mampu untuk menemukan sebuah kepingan puzzle yang hilang. Mungkin semerbak bunga yang harum akan mampu menenangkan pikiran gundahku. Tapi tetap aku tak berkuasa untuk memetik langsung dari tangkainya.

Setibanya aku dirumah aku bersandar pada sebuah kursi rotan yang telah menguning.

Senyum Yang Indah - Part 1


Suatu hari diwaktu sore yang cerah. Seorang wanita berjalan melintasiku. Sosoknya sangat anggun dan mempesona. Dia tidak sengaja menjatuhkan sesuatu saat berjalan dan dia tidak tahu. Aku yang melihatnya segera mengambilkan untuknya. Kemudian aku memanggil wanita itu yang sudah berjalan agak jauh. Ternyata dia mendengarku dan menoleh. Kemudian aku berjalan mendekatinya. 
 

Realita Cinta Dan Kehidupan


       Daun tampak hijau alami dalam sinaran matahari yang menyinarinya. Pagi itu seakan kabut berlari-lari dalam kesunyian yang berebut pandang. Seperti bulu roma yang merinding karena tertabrak olehnya dan mengirim tanda selamat datang fajar.

       Pemuda itu berperawakan pendek dan agak kurus. Terlihat tampak ada bekas air mata yang dia coba usap sehabis keluar dari indekosnya. Hembusan anginpun seakan - akan mengusik batinnya dan semakin membuatnya terasa hampa. Namun dia coba menenangkan perasaannya dengan menyanyikan sebuah lagu yang ceria.

       Hari itu adalah dari senin. Hari dimana setelah semua orang kembali beraktivitas setelah menikmati weekend. Dia memulai perjalanannya untuk pergi kesebuah kampus dengan celana jeans biru dan kemeja hitam yang agak longgar dibadannya. Diapun menghelas napas panjang dan sejenak berhenti pada sebuah persimpangan. Terasa sekali dipandangannya tentang sebuah sosok yang membuatnya takut, seperti saat kejadian yang pernah dia alami sebelumnnya.

       Hari itu jadwal perkuliahan sangat padat. Dosen mengumumkan ada ulangan secara mendadak dan serentak mahasiswa terkejut, begitu juga dengan aku. Namaku Rian, aku adalah mahasiswa semester tiga yang baru mendapat predikat orang yang eksentrik. Saat itu teman-temanku menganggap aku ini pintar namun sangat menyebalkan. Ujian selesai dan semuanya  meninggalkan ruang bioskop, begitulah anak-anak disini menyebutnya.

      

Asal Mula Marga di Pulau Nias

Konon, Lowalangi (Mula Jadi Na Bolon bagi orang Batak)menciptakan langit berlapis Sembilan. Lalu menciptakan pohon kehidupan bernama Tora’...