Realita Cinta Dan Kehidupan


       Daun tampak hijau alami dalam sinaran matahari yang menyinarinya. Pagi itu seakan kabut berlari-lari dalam kesunyian yang berebut pandang. Seperti bulu roma yang merinding karena tertabrak olehnya dan mengirim tanda selamat datang fajar.

       Pemuda itu berperawakan pendek dan agak kurus. Terlihat tampak ada bekas air mata yang dia coba usap sehabis keluar dari indekosnya. Hembusan anginpun seakan - akan mengusik batinnya dan semakin membuatnya terasa hampa. Namun dia coba menenangkan perasaannya dengan menyanyikan sebuah lagu yang ceria.

       Hari itu adalah dari senin. Hari dimana setelah semua orang kembali beraktivitas setelah menikmati weekend. Dia memulai perjalanannya untuk pergi kesebuah kampus dengan celana jeans biru dan kemeja hitam yang agak longgar dibadannya. Diapun menghelas napas panjang dan sejenak berhenti pada sebuah persimpangan. Terasa sekali dipandangannya tentang sebuah sosok yang membuatnya takut, seperti saat kejadian yang pernah dia alami sebelumnnya.

       Hari itu jadwal perkuliahan sangat padat. Dosen mengumumkan ada ulangan secara mendadak dan serentak mahasiswa terkejut, begitu juga dengan aku. Namaku Rian, aku adalah mahasiswa semester tiga yang baru mendapat predikat orang yang eksentrik. Saat itu teman-temanku menganggap aku ini pintar namun sangat menyebalkan. Ujian selesai dan semuanya  meninggalkan ruang bioskop, begitulah anak-anak disini menyebutnya.

      
Akupun keluar dan duduk disebuah kursi panjang. Lalu tanpa sengaja aku bertatapan dengan seorang wanita muda, entah apa yang terjadi waktu itu namun seolah-olah jiwa kami sedang berbicara. Aku terdiam.
Keesokan harinya aku mencari tahu tentang wanita tersebut, ternyata dia wanita yang berada dikelas yang sama denganku tapi aku tidak pernah menyadarinya. Saat pelajaran aku melihat dirinya, namun tak pernah terpikir untukku untuk menaruh rasa cintaku kepadanya. Namun yang terjadi malah keragu-raguanku menjadi jelas, penglihatanku semakin tajam. Setelah kutahu dia juga menaruh rasa padaku. Namun dia selalu ditemani seorang lelaki yang selalu menemaninya saat pulang dan berangkat kuliah. Secara fisik dia lebih baik dari saya. Waktu itu dia melihat wanita itu selalu memandangiku.
          Pada keesokan harinya aku tak pernah menyangka akan menjadi seperti ini. Laki-laki itu sudah berdiri didepan pintu dan menghadangku. Dengan sangat emosi dia berkata:
’Jangan berani-berani merebut dia dariku atau kamu akan merasakan akibatnya’’.
(Aku berpikir mungkin ini karena wanita itu).
Namun aku tidak mau dia sewenang-wenang terhadapku, karena aku merasa harga diriku telah dicampakan. Seluruh adrenalin serta detak jantungku pun berdetak sangat cepat,
aku membalas kata-katanya:’’Siapa yang kamu maksud, aku tidak tahu’’(Aku menatapnya dengan tajam)
kemudian laki-laki itu berkata, ‘’Sudah jangan berlagak sok kamu disini ya!, aku mau kamu pergi darinya atau kamu akan kuberi pelajaran!’’.
(Lalu aku berkata lagi kepada laki-laki tersebut)
’Dengar..!aku tidak tahu siapa dia yang kamu maksud, aku juga tidak tahu siapa kamu, jadi jangan menggangguku’’.
(Laki-laki itu tampak kesal sekali)
‘’Hah..jadi kamu menantang saya ya?!’’.
’Sudahlah aku tidak mau berurusan denganmu’’
(kemudian aku berusaha menerobos kedalam kelas, tapi seolah dia tetap menghalangi jalanku bahkan memukulku, lalu mendorongku hingga jatuh kebawah dan semua berawal dari sini).
       Waktu itu suasana terasa panas buatku meski baru pagi hari, semua orang berdatangan melihat apa yang kami lakukan, begitu juga wanita tersebut. Dia tiba-tiba datang kearah kami dan ingin melerai. Dia kemudian mendatangiku dan berkata,’’ Apa kamu baik-baik saja?’’
tapi aku berkata dengan tegas,’’aku tidak tahu siapa kamu, dan siapa laki-laki itu jadi menyingkirlah dariku!!’
(kemudian aku bangun dan berkelahi dengan laki-laki itu, aku memukulnya dan dia balik memukulku, hingga akhirnya dia terjatuh karena pukulan yang kuarahkan tepat ke mukanya, ada sedikit darah keluar dari hidungnya dan warna biru dibagian pelipis matanya.
Aku berkata kepadanya,’’Jangan mengangguku!’’
(Sambil meludah ketanah).

       Ternyata sudah banyak orang yang mengerumuni. Aku kemudian berjalan dan pergi, seakan aku tak peduli lagi dengan siapapun yang ada disitu. Saat aku lewat banyak orang yang menyingkir, meski bibirku juga berdarah tapi aku tak menghiraukannya.

       Kemudian saat aku berjalan tiba-tiba ada seseorang yang memegang pundak ku dari belakang, dengan refleks aku memegang tangannya, memegang lehernya dan aku  akan memukulnya. Tapi betapa terkejutnya aku ketika melihat orang tersebut adalah wanita yang tadi berusaha meleraiku.

         Lalu aku berkata kepadanya, ’’Lihatlah semuanya jadi seperti ini, jadi tolong jangan ganggu aku lagi. Lebih baik sekarang kamu bawa dia kerumah sakit’’.
(Kemudian dia berkata) ’’tapi kamu bagaimana?, aku lihat bibirmu berdarah?’’ .
(Lalu aku menjawab)  ’Biarlah, itu bukan urusanmu’’.

         Kemudian aku pergi meninggalkan wanita itu dan pulang. Aku tidak mempedulikan saat ada orang yang melintas melihat bibirku berdarah, aku terus berjalan hingga sampailah kesebuah persimpangan. Saat itu suasana sepi, aku menjadi heran kenapa dipagi menjelang siang seperti ini jalan ini sepi tidak seperti biasanya.

         Saat aku menoleh terlihat olehku sebuah sosok laki-laki tua yang berkain putih dikejauhan, aku tidak merasakan bulu romaku merinding. Tapi aku merasa ketakutan yang sangat. Sepertinya aku mendengar dia berbicara meski dia berada sangat jauh dariku, tapi aku tidak mendengarnya dengan jelas. Aku benar-benar sangat takut, lalu aku memalingkan wajahku dan segera pergi dari tempat itu. Tapi saat aku menoleh lagi laki-laki tua tersebut tidak ada. Aku mengamati sekelilingku dan aku tidak melihat apapun. Aku tidak tahu apa yang terjadi namun aku berusaha lari secepat-cepatnya dari persimpangan itu.

         Setelah sampai di indekos sekejap aku tersungkur,  merebahkan badan dan mulai merenung tentang apa yang baru aku alami.
Apa yang harus saya lakukan? Aku bertanya pada diriku sendiri. Mungkinkah aku sudah terlalu emosi dan hilang kendali?.
Kenapa dengan laki-laki tua tadi, siapakah dia itu?.

         Bibirku mulai terasa nyeri dan akupun berusaha menghilangkan rasa sakit itu. Aku tak sadar aku sudah terlelap tidur hingga akhirnya kusadari suara adzan subuh kudengar berkumandang dengan sayup-sayup ditelingaku. Aku terbangun dan aku bertanya pada diriku, apakah semua ini mimpi?.

         Aku menyentuh bibirku dan masih terasa sakit, apa yang terjadi?  ternyata ini adalah sebuah kenyataan hidupku.
Aku mengenali lebih jelas diriku sekarang, namun aku masih belum mengenal siapa laki-laki tua yang kulihat dipersimpangan.

Selesai#


Sebuah karya dari Gulojr #



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Asal Mula Marga di Pulau Nias

Konon, Lowalangi (Mula Jadi Na Bolon bagi orang Batak)menciptakan langit berlapis Sembilan. Lalu menciptakan pohon kehidupan bernama Tora’...