Senyum Yang Indah - Part 1


Suatu hari diwaktu sore yang cerah. Seorang wanita berjalan melintasiku. Sosoknya sangat anggun dan mempesona. Dia tidak sengaja menjatuhkan sesuatu saat berjalan dan dia tidak tahu. Aku yang melihatnya segera mengambilkan untuknya. Kemudian aku memanggil wanita itu yang sudah berjalan agak jauh. Ternyata dia mendengarku dan menoleh. Kemudian aku berjalan mendekatinya. 
 

‘’Iya, ada apa?”(sebuah lekungan senyum manis dari bibirnya terbentuk)
‘’Permisi nona, anda menjatuhkan sesuatu’’
‘’Oh, terima kasih banyak’’ (dengan  tersenyum dia mengambil barangnya kembali)
‘’Iya kebetulan saya tadi melihatnya, jadi saya mengambilnya. Nona mau kemana?’’(tanyaku kepadanya)
‘’Saya mau pulang kerumah, hari sudah mau petang saya takut adik-adik saya mencemaskan saya’’
‘’Oh, baiklah kalau begitu. Hati-hati dijalan.’’
‘’Terimakasih :)’’
Aku tidak sempat menanyakan namanya, karena wanita tersebut terlihat terburu-buru dan segera berjalan dengan cepat. Akupun juga segera pulang kerumah.
Bentangan cahaya kekuning-kuningan semakin tanpak memerah dilangit, membuat bayangan orang yang melintas semakin pekat dan gelap.
Semakin tampak petang namun segera berganti dengan deretan lampu-lampu kota yang menyala.
Malam itu suasana sangat dingin, hingga terasa menembus ke tulang-tulangku. Dengan jaket tipis yang aku kenakan tak membuatnya seperti berfungsi. Aku hendak pergi kesebuah warung kecil untuk membeli makanan. Aku merasa perutku sudah mulai keroncongan.Lalu aku mampir kesebuah warung makan langgananku. Suasana warung yang sudah ramai dengan pengunjung dari berbagai kalangan. Namun ada yang lain pada malam itu. Ketika hendak makan, tiba-tiba aku melihat wanita yang tadi sore kujumpai. Dengan tas kecil yang dia kenakan, diapun segera masuk menuju dapur warung makan tersebut. Aku terus memandanginya, namun tidak lama karena dia sudah menghilang dibalik pintu.
Seperti biasa aku menghabiskan waktu untuk mengobrol dengan teman-temanku. Ditemani dengan secangkir kopi dan gurauan – gurauan kecil yang selalu membuat malam terasa hangat. Tek terasa sudah lewat jam sebelas malam saat aku melihat jam tanganku. Kamipun terpaksa menghentikan obrolan seru kami, karena warung sudah mau tutup. Teman-temanku satu persatu mulai pergi kerumah masing-masing.
Aku pun hendak pulang. Tapi tiba-tiba muncul wanita tadi mengucapkan terima kasih kepada pemilik warung tersebut dengan tersenyum. Tampak aku melihat dia memegang sebuah kantong plastik hitam ditangannya. Dia pun hendak pergi. Tapi saat dia melihatku dia hanya tersenyum dan langsung pergi. Aku bertanya kepada pemilik warung tersebut tentang wanita itu. Sang pemilik warungpun bersedia bercerita sedikit kepadaku  tentang wanita tersebut. Katanya dia adalah pegawai baru diwarungnya. Dia sungguh kasihan. Dia sudah tidak punya orang tua lagi, katanya keduanya mengalami kecelakaan saat mengendarai sepeda motor. Dan dia kini hanya tinggal bersama kedua adiknya disebuah rumah kontrakan kecil.
            Setelah mendengar cerita mengenai wanita tersebut, aku beranjak pergi. Akupun berlari dijalan yang kulintasi tadi sore. Tampak kejauhan aku melihat wanita tersebut lalu aku mengikutinya dari belakang. Hingga sampailah dia pada sebuah rumah kecil dan segera mengetok pintu dan memanggil nama seseorang yang ada didalamnya. Tampaknya pintu rumahnya terkunci dari dalam. Setelah pintu rumah itu terbuka, munculah kedua anak kecil yang kira-kira masih berusia seperti anak kelas empat sekolah dasar. Mereka sepertinya gembira saat menyambut wanita itu. Kemudian masuklah wanita tersebut kedalam rumah itu dan menutup kembali pintunya.
            Rasa penasaranpun muncul dipikiranku. Rasanya ingin mengetahui lebih jauh apa yang sedang mereka lakukan. Aku berencana untuk mendekat dan menguping pembicaraan mereka. Namun menguping pembicaraan orang lain adalah suatu perbuatan yang tidak baik. Aku pun mulai ragu-ragu. Pada akhirnya aku memilih untuk pergi meninggalkan rumah itu. Mungkin lebih baik untuk bertanya kepadanya secara langsung daripada sembunyi-sembunyi seperti ini. Dan akupun beranjak pulang…







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Asal Mula Marga di Pulau Nias

Konon, Lowalangi (Mula Jadi Na Bolon bagi orang Batak)menciptakan langit berlapis Sembilan. Lalu menciptakan pohon kehidupan bernama Tora’...