Didalam cerita
antara aku dan dia dibumbui oleh rasa humor yang terbawa. Seakan selalu bibirku
ini tampak tersenyum ketika melihatnya berbicara. Oh Tuhan, aku sudah terpikat
olehnya. Seandainya aku bisa pergi mungkin rasa ini takan pernah ada. Namun aku
hanyalah seperti daun kering yang tertiup oleh angin. Seakan aku terbawa
olehnya.
Mungkin setiap hari hari akan lebih menderita bila
seandainya aku tidak melihatnya disisiku. Kenapa Yang Maha pemberi cinta
menganugerahkan rasa ini kepadaku.
Begitupun
malam saat kami berjalan bersama. Lalu sampailah ketempat yang dia tinggali.
Aku mengantarnya tepat kedepan pintu rumahnya. Sebenarnya aku ingin masuk dan
berbincang-bincang dengannya lagi. Tapi seolah dia tidak mengizinkanku. Dia
hanya berterima kasih karena aku telah mengantarnya. Itu saja. Akupun
berpamitan hendak pulang. Lalu munculah kedua adiknya dan memanggilku.
‘’Kakak ini temannya Kak Putri ya?’’
‘’Oh Iya. Kakak temannya Kak Putri’’
‘’Kenapa tidak masuk?’’(Tanya seorang adiknya kepadaku)
Aku memandang sepintas kepada putri. Dia menunjukan bahasa
tubuh seakan menyuruhku untuk pergi. Kemudian aku berkata kepada adik-adiknya.
‘’Kakak kemari hanya mengantar Kak Putri saja. Lagian kakak
masih ada kerjaan yang belum kakak selesaikan dirumah.’’
‘’Begitu ya, padahal aku ingin kakak mampir
disini’’(muka adiknya terlihat sedih)
‘’Kamu tidak usah kuatir. Kakak besok masih mengantar Kak Putri lagi kok?
‘’Benar kak?’’
‘’Iya. Kalau begitu kakak pulang dulu ya’’
‘’Hati-hati kak’’
Aku melihat wajah adik-adiknya kembali tersenyum. Tapi Putri segera memerintahkan adik-adiknya untuk masuk kedalam.
‘’Ya sudah kalau begitu aku pulang dulu’’(aku berpamitan
pada wanita tersebut).
Kemudian
aku kembali pulang menuju kerumah. Aku merasa kasihan kepada adik-adiknya.
Sebenarnya tadi ingin memberikan sesuatu akan tetapi aku lupa. Ya sudahlah.
Sekarang sebaiknya aku beristirahat, karena tubuh ini sudah sangat lelah. Aku
akan beristirahat malam ini dengan nyenyak agar besok pagi aku bisa terbangun
dengan keadaan lebih segar. Sebelum
tidur aku melihat kembali bayangan wajah putri di angan-angan. Seperti biasanya
aku menarik selimut panjang menutupi seluruh tubuhku dengan seperti itu mungkin
aku akan lebih dekat lagi merasakan kegilaan yang kurasakan saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar