Suara kokokan ayam terdengar dilintasan atmosfer ruang hidupku. Bunyinya
seakan memekikan telinga. Tapi ini bukanlah sebuah ayam yang nyata. Ini
hanyalah sebuah data rekaman suara tiruan diponselku. Ha ha ternyata itu
benar-benar hal yang tidak pernah terduga. Hanya alarm bukan yang lain. Kuambil
sebuah gelas kosong untuk kuisi dengan secangkir kopi yang hangat. Memang
terasa dingin suasana dipagi itu. Mungkin karena embun tak mau mengirimi pesan
terlebih dahulu saat mencoba memasuki ruangan kamarku. Namun aku tidak bisa
mengerti bahasa embun. Agar lebih menjaga suhu tubuhku, mungkin aku harus tetap
berselimut. Tapi kulihat tulisan yang kubuat tadi malam sebelum tidur seakan
berbicara kepadaku.
‘’Kerjakan, jangan malas!’’. Apakah aku menghipnotis diriku
sendiri. Bila itu bermanfaat bagiku jawabku iya, itu memang benar.Ha ha.
Kembali pada kenyataan. Aku harus
fokus pada tugas ini. Aku tidak mengerti kenapa ini penting. Mungkin paman
google bisa menjawabnya untuku. Ya bisa saja,tapi pulsa diponselku sekarang
sudah habis. Aku akan mengisi perutku sebelum pergi. Sekalian keluar untuk
mengisi saldo pulsa di ponselku dan tentunya sebuah ‘’mission impossible’’. Namun
aku tidak membawa peralatan apa-apa, hanya sebuah jaket tebal untuk persiapan
jika nanti pulang malam lagi, kan ada peribahasanyanya ‘’sedia payung sebelum
hujan’’. Tapi aku tidak punya payung,jadi kalau hujan aku masih bisa basah.
Tapi yang penting aku melakukan seperti kata peribahasa tersebut.
Aku berjumpa wanita itu saat dia
sedang mencuci peralatan makan. Waktu itu aku sedang makan diwarung
langgananku. Saat melihatnya terbayang padaku tentangnya. Sebuah beban berat
yang harus dia tanggung. Dari sisi psikologis menurutku dia pasti sangat
frustasi, sedih, dan mungkin mempunyai niat yang tidak baik. Bisa saja dia
bunuh diri atau jika dia tidak mau mungkin dia akan mencoba pergaulan bebas.
Aku sudah berpikir dan menganalisa terlalu jauh sampai aku tidak sadar dia
menatapku. Wanita itu hanya tersenyum kepadaku. Sebaiknya aku harus melanjutkan
makan dan konsentrasi untuk mencari cara agar aku bisa mengenalnya lebih dekat
guna penyelidikanku. Seperti kata-kata pak polisi saja. Ha ha.
Aku pun sudah selesai makan. Lalu
aku memesan es teh kepada ibu warung tersebut. Ya, katanya tunggu sebentar. Aku
melihat-lihat dimeja makan ada cemilan ringan. Akupun mengambil sebuah keripik
pisang. Rasanya lumayan gurih. Tapi sepertinya irisan keripik pisangnya masih
agak tebal. Tapi lumayan juga. Akupun mengambil satu persatu keripik pisang
tersebut sampai suatu ketika aku mendengar ada suara yang memanggilku:’’ini mas
es tehnya’’ aku berbalik dan tiba-tiba terkejut saat yang mengantar es tehnya
adalah wanita tadi. Dia memberikan segelas es teh kepadaku dengan tersenyum.
Senyumnya sangat indah sekali. Mungkin bidadari disurga akan iri bila melihat
senyum yang dia miliki. Kemudian aku mengatakan terimakasih kepadanya dan dia
berkata ‘’ya, sama-sama’’ namun setelah itu dia bergegas pergi kebelakang.
Aku heran kenapa yang menjadi
pelayannya adalah dia padahal ada dua orang lagi yang nganggur. Mungkin ini
karena ibu warung tersebut. Ketika akan membayar aku bertanya kepada ibu
tersebut, ‘’Ibu tadi kan yang menyuruh dia
mengantarkan es teh?’’
katanya ‘’benar,
karena ibu rasa kamu menyukainya’’
‘’Tapi aku belum berkenalan dengannya bu?’’sahutku
‘’Sudah begini saja, kamu Ibu beri tugas mencuci piring
bagaimana? kan kamu bisa kerja sambil mencari tahu tentang dia’’
‘’Baiklah, tapi kalau dia tidak mau mengobrol dengan saya
bagaimana?’’
‘’Ibu yakin kamu bisa membuatnya bicara. Sudahlah, ibu
sedang sibuk sekarang kamu langsung kedapur saja’’
Kemudian
aku berjalan kedapur. Aku melihat wanita itu sedang mengumpulkan piring-piring
yang kotor kedalam suatu wadah. Dia kemudian menghidupkan keran air. Tanpa
banyak basa-basi aku menawarkan bantuan kepadanya.
‘’ Boleh aku bantu?’’
Dia terkejut akan kedatanganku yang tanpa dia tahu aku sudah
dihadapannya,akan tetapi dia menjawab: ‘’Tidak usah, biar saya saja
sendiri’’(sambil tersenyum kepadaku)
‘’Tapi kamu mengerjakan sendirian, apa tidak capek?’’
‘’Kalau saya capek nanti saya akan beristirahat,sebaiknya
kamu pulang saja’’
Kelihatannya dia benar-benar tidak membutuhkan bantuanku.
Tapi aku ingin sekali membantunya. Tanpa sepengetahuan dia aku pergi kedepan.
Aku mengumpulkan piring-piring bekas makanan lalu kembali lagi kedapur. Dia
benar-benar melihatku sekarang, namun dengan tatapan yang lebih tajam. Tapi aku
cuek saja dan terus bekerja. Namun aneh sekali yang terjadi, dia selalu
mengambil piring-piring yang akan kucuci tanpa berbicara satu kata pun. Begitu
pula saat aku mengerjakan hal lainnya dia selalu datang untuk mengambil apa
yang ada ditanganku. Aku heran dengan sikapnya. Padahal aku hanya ingin
membantunya sedikit namun dia selalu merasa semuanya adalah tugasnya. Saat dia
sedang bekerja aku bertanya kepadanya.‘’Bolehkah aku tahu siapa namamu?’’
Lalu dia akhirnya tersenyum dan menjawab pertanyaanku.
‘’Nama saya Putri’’
‘’Waktu sore itu kamu kulihat sedang terburu-buru, memang
ada apa?’’
‘’Waktu itu aku sangat senang karena aku dapat kerja
disini,lalu aku tidak sabar untuk memberitahukannya kepada adik-adiku’’
‘’Kamu punya adik ya?’’
‘’Ya, adik saya dua’’
‘’Aku rasa kita pulangnya melewati jalan yang sama,
bagaimana kalau kita barengan saja?’’
‘’Boleh, tapi aku harus menyelesaikan pekerjaan ini dulu’’
‘’Oke, kalau begitu sekarang bolehkan aku bantu kamu?’’
‘’Iya, asal berhati-hati nanti piringnya malah
pecah’’(sambil bercanda)
‘’Ha ha’’
‘’Kok Ketawa?’’
‘’Ternyata kamu bisa bercanda juga ya’’
‘’Siapa yang bercanda, kalau nanti piringnya pecah beneran
memang kamu mau ganti?’’
‘’No..’’
‘’Makanya bekerjanya harus hati-hati’’
‘’Oke’’
Aku menemaninya bekerja sampai selesai. Ternyata hari sudah
mulai petang dan kulihat dia sudah berberes-beres untuk pulang. Namun Ibu
warung tersebut memanggilnya. Dia memberikan tiga nasi bungkus kepada wanita
itu dalam sebuah kantong plastik.
’’Putri?’’
‘’Iya bu?’’
‘’Kemarilah,bawalah ini kerumah’’
‘’Terimakasih bu?’’
‘’Iya, sama-sama. Kamu pulang dengan dia?( Ibu tersebut
memandang kearahku)
‘’Iya, kebetulan kami jalan pulangnya searah’’
‘’Kalau gitu hati-hati ya’’
‘’Ya, Bu..”
Setelah itu kami berdua berpamitan kepada ibu warung. Aku
berjalan dengannya disore itu. Ditengah perjalanan kami saling berbicara
tentang hal-hal yang menarik. Ternyata wanita tersebut sangat menyenangkan.
Kata-katanya lemah lembut begitu pula dengan keanggunan yang ada padanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar