Senyum Yang Indah #Bagian 3


Suara kokokan ayam terdengar dilintasan atmosfer ruang hidupku. Bunyinya seakan memekikan telinga. Tapi ini bukanlah sebuah ayam yang nyata. Ini hanyalah sebuah data rekaman suara tiruan diponselku. Ha ha ternyata itu benar-benar hal yang tidak pernah terduga. Hanya alarm bukan yang lain. Kuambil sebuah gelas kosong untuk kuisi dengan secangkir kopi yang hangat. Memang terasa dingin suasana dipagi itu. Mungkin karena embun tak mau mengirimi pesan terlebih dahulu saat mencoba memasuki ruangan kamarku. Namun aku tidak bisa mengerti bahasa embun. Agar lebih menjaga suhu tubuhku, mungkin aku harus tetap berselimut. Tapi kulihat tulisan yang kubuat tadi malam sebelum tidur seakan berbicara kepadaku.
‘’Kerjakan, jangan malas!’’. Apakah aku menghipnotis diriku sendiri. Bila itu bermanfaat bagiku jawabku iya, itu memang benar.Ha ha.

Kembali pada kenyataan. Aku harus fokus pada tugas ini. Aku tidak mengerti kenapa ini penting. Mungkin paman google bisa menjawabnya untuku. Ya bisa saja,tapi pulsa diponselku sekarang sudah habis. Aku akan mengisi perutku sebelum pergi. Sekalian keluar untuk mengisi saldo pulsa di ponselku dan tentunya sebuah ‘’mission impossible’’. Namun aku tidak membawa peralatan apa-apa, hanya sebuah jaket tebal untuk persiapan jika nanti pulang malam lagi, kan ada peribahasanyanya ‘’sedia payung sebelum hujan’’. Tapi aku tidak punya payung,jadi kalau hujan aku masih bisa basah. Tapi yang penting aku melakukan seperti kata peribahasa tersebut.

Aku berjumpa wanita itu saat dia sedang mencuci peralatan makan. Waktu itu aku sedang makan diwarung langgananku. Saat melihatnya terbayang padaku tentangnya. Sebuah beban berat yang harus dia tanggung. Dari sisi psikologis menurutku dia pasti sangat frustasi, sedih, dan mungkin mempunyai niat yang tidak baik. Bisa saja dia bunuh diri atau jika dia tidak mau mungkin dia akan mencoba pergaulan bebas. Aku sudah berpikir dan menganalisa terlalu jauh sampai aku tidak sadar dia menatapku. Wanita itu hanya tersenyum kepadaku. Sebaiknya aku harus melanjutkan makan dan konsentrasi untuk mencari cara agar aku bisa mengenalnya lebih dekat guna penyelidikanku. Seperti kata-kata pak polisi saja. Ha ha.

Aku pun sudah selesai makan. Lalu aku memesan es teh kepada ibu warung tersebut. Ya, katanya tunggu sebentar. Aku melihat-lihat dimeja makan ada cemilan ringan. Akupun mengambil sebuah keripik pisang. Rasanya lumayan gurih. Tapi sepertinya irisan keripik pisangnya masih agak tebal. Tapi lumayan juga. Akupun mengambil satu persatu keripik pisang tersebut sampai suatu ketika aku mendengar ada suara yang memanggilku:’’ini mas es tehnya’’ aku berbalik dan tiba-tiba terkejut saat yang mengantar es tehnya adalah wanita tadi. Dia memberikan segelas es teh kepadaku dengan tersenyum. Senyumnya sangat indah sekali. Mungkin bidadari disurga akan iri bila melihat senyum yang dia miliki. Kemudian aku mengatakan terimakasih kepadanya dan dia berkata ‘’ya, sama-sama’’ namun setelah itu dia bergegas pergi kebelakang.

Aku heran kenapa yang menjadi pelayannya adalah dia padahal ada dua orang lagi yang nganggur. Mungkin ini karena ibu warung tersebut. Ketika akan membayar aku bertanya kepada ibu tersebut, ‘’Ibu tadi kan yang menyuruh dia  mengantarkan es teh?’’
 katanya ‘’benar, karena ibu rasa kamu menyukainya’’
‘’Tapi aku belum berkenalan dengannya bu?’’sahutku
‘’Sudah begini saja, kamu Ibu beri tugas mencuci piring bagaimana? kan kamu bisa kerja sambil mencari tahu  tentang dia’’
‘’Baiklah, tapi kalau dia tidak mau mengobrol dengan saya bagaimana?’’
‘’Ibu yakin kamu bisa membuatnya bicara. Sudahlah, ibu sedang sibuk sekarang kamu langsung kedapur saja’’

            Kemudian aku berjalan kedapur. Aku melihat wanita itu sedang mengumpulkan piring-piring yang kotor kedalam suatu wadah. Dia kemudian menghidupkan keran air. Tanpa banyak basa-basi aku menawarkan bantuan kepadanya.
‘’ Boleh aku bantu?’’
Dia terkejut akan kedatanganku yang tanpa dia tahu aku sudah dihadapannya,akan tetapi dia menjawab: ‘’Tidak usah, biar saya saja sendiri’’(sambil tersenyum kepadaku)
‘’Tapi kamu mengerjakan sendirian, apa tidak capek?’’
‘’Kalau saya capek nanti saya akan beristirahat,sebaiknya kamu pulang saja’’

Kelihatannya dia benar-benar tidak membutuhkan bantuanku. Tapi aku ingin sekali membantunya. Tanpa sepengetahuan dia aku pergi kedepan. Aku mengumpulkan piring-piring bekas makanan lalu kembali lagi kedapur. Dia benar-benar melihatku sekarang, namun dengan tatapan yang lebih tajam. Tapi aku cuek saja dan terus bekerja. Namun aneh sekali yang terjadi, dia selalu mengambil piring-piring yang akan kucuci tanpa berbicara satu kata pun. Begitu pula saat aku mengerjakan hal lainnya dia selalu datang untuk mengambil apa yang ada ditanganku. Aku heran dengan sikapnya. Padahal aku hanya ingin membantunya sedikit namun dia selalu merasa semuanya adalah tugasnya. Saat dia sedang bekerja aku bertanya kepadanya.‘’Bolehkah aku tahu siapa namamu?’’
Lalu dia akhirnya tersenyum dan menjawab pertanyaanku.
‘’Nama saya Putri’’
‘’Waktu sore itu kamu kulihat sedang terburu-buru, memang ada apa?’’
‘’Waktu itu aku sangat senang karena aku dapat kerja disini,lalu aku tidak sabar untuk memberitahukannya kepada adik-adiku’’
‘’Kamu punya adik ya?’’
‘’Ya, adik saya dua’’
‘’Aku rasa kita pulangnya melewati jalan yang sama, bagaimana kalau kita barengan saja?’’
‘’Boleh, tapi aku harus menyelesaikan pekerjaan ini dulu’’
‘’Oke, kalau begitu sekarang bolehkan aku bantu kamu?’’
‘’Iya, asal berhati-hati nanti piringnya malah pecah’’(sambil bercanda)
‘’Ha ha’’
‘’Kok Ketawa?’’
‘’Ternyata kamu bisa bercanda juga ya’’
‘’Siapa yang bercanda, kalau nanti piringnya pecah beneran memang kamu mau ganti?’’
‘’No..’’
‘’Makanya bekerjanya harus hati-hati’’
‘’Oke’’
Aku menemaninya bekerja sampai selesai. Ternyata hari sudah mulai petang dan kulihat dia sudah berberes-beres untuk pulang. Namun Ibu warung tersebut memanggilnya. Dia memberikan tiga nasi bungkus kepada wanita itu dalam sebuah kantong plastik.
’’Putri?’’
‘’Iya bu?’’
‘’Kemarilah,bawalah ini kerumah’’
‘’Terimakasih bu?’’
‘’Iya, sama-sama. Kamu pulang dengan dia?( Ibu tersebut memandang kearahku)
‘’Iya, kebetulan kami jalan pulangnya searah’’
‘’Kalau gitu hati-hati ya’’
‘’Ya, Bu..”

         Setelah itu kami berdua berpamitan kepada ibu warung. Aku berjalan dengannya disore itu. Ditengah perjalanan kami saling berbicara tentang hal-hal yang menarik. Ternyata wanita tersebut sangat menyenangkan. Kata-katanya lemah lembut begitu pula dengan keanggunan yang ada padanya.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Asal Mula Marga di Pulau Nias

Konon, Lowalangi (Mula Jadi Na Bolon bagi orang Batak)menciptakan langit berlapis Sembilan. Lalu menciptakan pohon kehidupan bernama Tora’...