Senyum Yang Indah #Bagian 5 & 6 (Selesai)


 Senyum Yang Indah  #Bagian 5

Demi masa sesungguhnya manusia berada dalam keadaan yang penuh dengan cobaan didunia ini. Tuhan adalah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang hambanya. Tapi menurutku aku sangatlah kecil dibanding dengan isi jagad raya ini, bahkan aku tidak dapat memandang jauh melebihi batas penglihatan indra manusiawiku. Memang benar setiap manusia selalu diuji keimanannya karena itulah yang mendewasakan iman orang tersebut. Begitupun yang aku alami dihidupku, terasa penuh dengan ujian, tapi aku selalu memohon kepadaTuhan agar selalu menyertai perjalanan hidupku dan jangan pernah meninggalkanku.
Sejuknya udara pagi ini. Tak pernah aku merasakan hembusan nafas fajar yang terasa hangat seperti secerah sinarnya yang menerpa tubuhku. Mungkin aku sedang bahagia tak terhingga. Lama aku menantikan sesorang yang dapat menemani hidupku. Tiba-tiba mulutku menyebut nama wanita itu. Mungkin Putri adalah orangnya. Sepertinya aku harus mandi menyegarkan tubuhku tapi ingin aku berolahraga sejenak. Akupun melihat rutinitas orang-orang yang sedang berangkat kerja. Mereka penuh dengan semangat saat mengawali pagi ini. Akupun berharap begitu.

Selesai dari mandi akupun bersiap-siap berangkat kerja. Aku adalah seorang pekerja paruh waktu. Ada sebuah toko yang menjual berbagai macam pakaian dan berbagai aksesorisnya disitulah aku bekerja. Kira-kira seperempat jam aku sampai ke toko tersebut. Biasanya aku menaiki angkutan umum namun hari ini sepertinya aku ingin mengendarai sepeda saja. Lagi-lagi masalah perut. Akupun segera ke warung langgananku untuk sarapan pagi kira-kira jam tujuh. Sesampainya disitu aku menaruh sepedaku dan masuk kedalam. Aku terkejut saat pagi-pagi begini putri sudah bekerja membersihkan warung tersebut kemudian aku juga melihat Ibu warung sedang ikut membersihkan juga. Kemudian aku memanggil putri.

‘’Put, sejak kapan kamu disini?’’(tanyaku yang heran saat melihat dia bekerja pagi-pagi sekali)
‘’Dari jam enam tadi saya sudah sampai disini, emang kenapa?’’
‘’enggak, aku hanya kagum kamu rajin bekerja’’
‘’Ya sudah, aku mau sarapan dulu. Apa yang baru dimasak?’’
‘’Hmm..ada telur dadar sama sayur nangka’’
‘’Ya sudah, tolong siapkan. Oh ya jangan lupa pakai sambal ya?’’
‘’Oke’’
Sekitar lima menit aku duduk lalu putri datang dengan membawa pesananku.
‘’Ini?’’(Putri tersenyum)
‘’Trimakasih’’
‘’Kamu tidak kerja?’’
‘’Ini aku baru mau berangkat’’
‘’Oh..kalau gitu saya melanjutkan bersih-bersihnya dulu ya’’
‘’Ya’’  

Tak terasa sudah jam didinding sudah menunjukan pukul delapan. Saatnya aku cepat-cepat berangkat kerja kalau tidak bisa dimarahi sama tuan tokonya nanti. Akupun berpamitan pada Putri dan Ibu warung dan segera mengayuh sepedaku ketempat kerja.

            ‘’Oh tidak, sekarang sudah jam delapan lewat, sepertinya aku akan terlambat sepuluh menit.’’ Saat sampai ditempat kerjaku terlihatlah olehku seorang yang berpostur tubuh besar serta gendut dan agak tinggi teman-teman kerjaku sering memanggilnya pak Brewok karena dia mempunyai jambang yang tumbuh lebat di sekitar pipi dan mengelilingi mulutnya. Dia terkenal agak galak kepada setiap pegawai. Dia sangat disiplin sekali dan sangat menghargai waktu. Bahkan sampai disiplinnya baru-baru ini salah seorang temanku dipecat karena tidak mengirimkan surat saat sedang sakit. Semua karyawannya sangat takut kepadanya begitu juga denganku.

‘’Bagaimana ini?’’(aku bingung saat akan berhadapan dengan pak brewok).
Tiba-tiba suaranya yang besar memanggilku dari kejauhan.
‘’Hei..Kamu, cepat kemari!!’’
‘’Iya, ada apa pak?’’(akupun menjawab dengan lembut)
‘’Kamu karyawan disini?’’
‘’Ya pak, saya karyawan disini’’
‘’Ini jam berapa?’’
‘’Jam delapan lebih pak’’
‘’Kamu tahu itu artinya apa?’’
Akupun hanya terdiam dan hanya mengelengkan kepala.
‘’Hari ini kamu tidak usah masuk kerja’’(kata pak brewok kepadaku)
‘’Kenapa aku tidak usah masuk kerja, pak?’’
‘’Kamu harus libur’’
‘’Liburan pak?, itu artinya sekarang aku tidak bekerja pak’’
‘’Ya benar, kamu pulang saja’’
‘’Oh terima kasih pak’’(akupun sangat senang karena kusangka dia marah kepadaku tetapi malah memberiku libur kerja. Lalu aku siap-siap untuk pulang tapi aku lupa aku akan masuk kerja lagi., jadi aku bertanya kepada pak brewok sebelum aku pergi)
‘’Oh ya pak, kapan aku akan masuk kerja lagi?’’
‘’Kamu tidak usah masuk kerja dan tidak perlu datang kesini lagi karena sekarang kamu saya pecat!’’
‘’Tapi apa salah saya pak?’’(aku seakan tidak terima dengan keputusan sepihak yang dilakukannya)
‘’Tidak usah banyak tanya. Sekarang kamu pergi dan jangan pernah kembali’’

            Betapa sedih hatiku waktu itu. Namun aku tetap harus pergi karena aku sudah tidak diterima lagi bekerja disitu. Didalam perjalanan aku sangat ingin marah kepada diriku sendiri. Aku mengendarai sepedaku dengan kencang sekali tanpa memikirkan kondisi jalan yang aku lewati. Lalu tiba-tiba ban sepedaku melintasi sebuah lubang yang dalam dan membuatku terpental dari dudukan sepedaku kejalan yang berbatu. Setelah jatuh aku melihat darah mengalir disikutku dan lututku, terasa perih namun aku tetap berusaha bangkit berdiri dan mengambil sepedaku kembali. Setelah aku mendapatkan sepedaku akupun mengendarainya tapi terasa tidak nyaman lagi karena ruji-ruji ban depan sudah bengkok membentuk angka delapan. Sungguh sial hari ini. 

 Senyum Yang Indah  #Bagian 6

Lalu ketika matahari senja sudah mengatakan selamat tinggal kepada pagiku,siangku,dan soreku pulanglah aku menuju kerumah. Akan tetapi ketika aku masuk kedalam rumah tiba-tiba aku tidak bisa melihat apapun disitu,apa yang terjadi? Semua tampak gelap bagiku hingga hampir saja aku menabrak dinding. Kemudian aku mencari sebuah kursi dan berusaha untuk duduk diatasnya saat kegelapan itu masih ada.

Kurasakan aura mistis benar-benar membuatku ketakutan. Namun aku tetap duduk dan tidak kemana-mana. Lalu setelah sekian lama aku duduk akupun tiba-tiba bisa melihat kembali benda-benda yang ada disekitarku. Mungkinkah aku sekarang rabun atau ini hanya mimpi atau bisa jadi ini hanya sebuah reaksi relativitas yang Einstein gambarkan. Ternyata setelah kuselidiki lebih lanjut kegelapan yang sempat aku alami tadi ternyata dirumahku hanya sedang mati lampu berbarengan saat aku masuk kedalam rumah. Tapi teori relativitas milik Einstein itu ada benarnya juga ketika kita sedang dalam kondisi gelap maka kita akan membayangkan waktu akan bergerak lebih cepat dan pikiran kita menjadi cepat gelisah. Tapi aku hanya terus melanjutkan duduk-dudukku sambil mengambil sekantong keripik pisang dimeja dari Ibu warung.

Lalu tiba-tiba dalam pikiranku beribu kata-kata berloncatan dari satu tempat ketempat yang lainnya, kemudian merangkainya menjadi sebuah bentuk kalimat tentang seorang gadis yang bernama Putri.

‘’Putri,? Bagaimana aku harus mengakhiri semua ini, haruskah aku pergi meninggalkanmu disaat aku sudah tak mampu lagi menahanmu untuk tetap disampingku, mungkin aku bisa melakukannya tetapi aku tak mau,… ya… aku tidak mau kau pergi, kau sakit, kau tidak bahagia, ank au tidak tersenyum lagi. Tapi cerita yang kutulis ini haruslah berlalu karena hanya tulisanNYA – lah yang tidak akan pernah berlalu … terus abadi’’

Kemudian aku berdiri menutup mataku, lalu kurasakan semua benda-benda disekitarku berputar menuju kearahku dan aku mendengar suara-suara orang terus berdengung ditelingaku tanpa berhenti sedikitpun. Aku tetap berdiri hingga akhirnya kuhela nafas panjangku … dan berkata

‘’Aku sudah selesai’’

#Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi, namun yang harus kita perbuat adalah tetap terus mensyukuri anugerahnya disetiap waktu hingga kita nanti kembali menuju kerumahNYA yang suci.#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Asal Mula Marga di Pulau Nias

Konon, Lowalangi (Mula Jadi Na Bolon bagi orang Batak)menciptakan langit berlapis Sembilan. Lalu menciptakan pohon kehidupan bernama Tora’...