The
Wisdom of Kahlil Gibran and Gulo jr
Kahlil Gibran | Orang Gila
Kau bertanya bagaimana aku menjadi orang gila. Ini terjadi
seperti ini: suatu hari, jauh sebelum banyak dewa dilahirkan, aku terbangun
dari tidur nyenyaku dan menemukan seluruh topengku telah dicuri, tujuh topeng
yang telah kuhias dan kupakai dalam tujuh kehidupan – ku berlari tanpa topeng melalui jalan-jalan
yang ramai sambil berteriak, ‘’pencuri,pencuri, pencuri terkutuk.’’
Dan ketika aku mencapai pasar,
seorang pemuda yang berdiri diatas puncak rumahnya berteriak, ‘’ia orang
gila.’’ Aku menengadah untuk melihatnya; matahari mencium wajah telanjangku
untuk pertama kalinya. Untuk pertama kalinya matahari mencium wajah telanjangku
sendiri dan jiwaku terbakar dengan cinta pada matahari, dan aku tidak lagi
menginginkan topeng-topengku. Dan seolah-olah tidak sadar aku berteriak,
‘’Diberkahilah pencuri yang telah mencuri topeng-topengku.’’
Jadilah aku orang gila.
Dan aku telah menemukan kebebasan
dan keamanan dalam kegilaanku; kebebasan kesendirian dan keamanan dari menjadi
mengerti. Karena mereka yang mengerti kita memperbudak sesuatu dari kita.
Tapi
jangan biarkan aku menjadi terlalu bangga pada keamananku. Bahkan pencuri
berada dalam penjara aman dari pencuri yang lain.
Gulo jr | Harta
Aku hanya orang pinggiran yang
sedang mencari koin emas. Koin yang bisa membuatku kaya raya. Bila nanti aku
mendapatkannya aku akan kaya raya seperti penguasa didunia.
Namun kecelakaan ini menimpaku.
Disebabkan karena Api yang membakar tubuhku. Kain yang melilit tubuhku sudah
terbakar hangus. Beruntunglah aku karena aku melepas pakaianku.
Tapi tidak bagi mereka yang telah
hangus. Lalu kutemukan harta yang ikut dalam abu mereka. Sama sekali tak ada
artinya. Sebuah harta yang tak bisa dijual untuk mendapatkan kekayaan. Ataupun
ditukar untuk sesuap nasi.
Aku pun pergi entah kemana. Yang
ada sekarang menjadi tiada. Aku merasakan kelaparan karena harta: namun
sekarang aku tak merasa lapar lagi olehnya. Karena harta tidak bisa
mengembalikan orang yang kucinta.
Lalu ada
penduduk desa melihatku telanjang buta. Lalu ia memberikan kain yang ia punya
dilemarinya. Dan karena kebaikannya, akupun sekarang tak lagi menjadi buta
karena harta.
Kahlil Gibran | Kesenangan Baru
Tadi
malam aku menemukan kesenangan baru, dan saat aku hendak mencobanya untuk yang
pertama kali seorang malaikat dan seorang iblis bergegas datang kerumahku.
Mereka bertemu didepan pintu dan bertengkar satu sama lain. Mereka meributkan
kesenangan baruku; salah satunya berteriak,’’Itu dosa!’’ – Yang lain, ‘’Itu
kebaikan!’’
Gulo jr | Lompat
Seperti ketika ada sungai didepanku,
akupun melompat. Jangkauan lompatanku mengantarkanku keseberang. Orang
melihatku dan terheran-heran. Mereka ingin aku memberi tahu caranya. Tapi mereka
susah memahamiku. Tapi akupun terus berjalan dengan melompat dan terus
melompat. Hingga lompatanku berhenti pada suatu tebing yang curam.
Waktunya menghadapi kenyataan. Aku
tak mungkin bisa melompatinya. Kemudian dari belakang aku mendengar suara yang
menyuruhku untuk lompat. Antara mimpi dan kenyataan. Ada sebuah tangan besar
yang mendorongku. Akupun tersapu olehnya.
Sekarang
aku berada disisi yang satunya. Kini mereka benar-benar marah padaku. Kemudian
mereka memaksaku untuk memberi tahu caranya. Akupun hanya menjawab: ‘’dengarkan
panggilan itu!’’
Kahlil Gibran | Kekalahan
Kekalahan, kekalahanku,
kesendirianku dan kesepianku; Kau lebih menyayangiku daripada seribu
kemenangan. Dan lebih manis kepada hatiku
Daripada
kemenangan dunia. Kekalahan, kekalahanku, pengetahuan diriku dan tantanganku.
Melalui kalian aku tahu bahwa aku muda dan dengan kaki yang cepat. Dan tidak
terperangkap dalam kemenangan-kemenangan yang layu. Dan didalam dirimu aku
menemukan kesendirian. Dan kesenangan untuk dihindari dan dicemooh.
Kekalahanku,
kekalahanku, pedang dan perisaiku yang berkilau. Dalam matamu aku telah
membaca. Bahwa didudukan diatas tahta sama artinya diperbudak. Dan dimengerti
sama artinya direndahkan. Dan digenggam hanya untuk memenuhi kepuasan
seseorang. Seperti buah matang yang jatuh dan menjadi santapan.
Kekalahan,
kekalahanku, kawan sejatiku. Kau mendengar nyanyianku dan tangisanku dan
keheninganku. Dan tidak ada orang lain kecuali kau yang berbicara kepadaku
tentang kepakan sayap, Dan lautan yang berdebur, Dan gunung-gunung yang
terbakar dimalam hari, Dan kau sendiri yang harus memanjat jiwaku yang berliku
dan tajam.
Kekalahan,
kekalahanku, keberanianku yang tak terkalahkan. Kau dan aku seharusnya tertawa
bersama dengan badai, Dan bersama kita harus menggali kubur untuk semua yang
mati dalam diri kita, Dan kita harus berdiri dibawah sinar matahari dengan
sebuah kehendak, dan kita harus berbahaya.
Kahlil Gibran | Dua Orang Terpelajar
Suatu
hari dikota kuno Afkar, hiduplah dua orang terpelajar yang saling membenci dan
selalu merendahkan penalaran yang lain. Salah satu dari mereka menyangkal
keberadaan Tuhan-tuhan dan yang lainnya adalah seorang penganut.
Suatu
hari kedua orang itu bertemu dipasar, dan di tengah pengikut mereka, kedua
orang itu mulai berselisih dan bertengkar mengenai keberadaan dan ketiadaan
Tuhan-tuhan. Dan setelah beberapa jam dalam kepuasan mereka berpisah.
Sore itu
pria yang tidak percaya pada Tuhan pergi ke kuil dan bersujud didepan altar dan
berdoa pada Tuhan untuk memaafkan masa lalunya.
Dan yang
sama pria terpelajar lainnya, yang tadinya menjunjung tinggi Tuhan, membakar
buku sucinya. Ia menjadi orang yang tidak percaya adanya Tuhan.
Gulo jr | Tua
Sejak aku melihat orang tua itu,
seluruh pikiranku terbayang akan kelemahan, ketidakmampuan dan kesedihan. Uban
yang tumbuh di kepalanya itu yang memberiku jawaban.
Ada yang berjalan tapi tidak
melihat. Ada yang terlihat Tua tapi membawa boneka. Matanya sepertinya rabun.
Rabun saat melihat masa lalunya.
Bukankah waktu telah mengajarinya.
Untuk menjadi bahagia di masa tua.
Kemudian aku menyapanya. Dia hanya
terdiam dan menangis. Katanya’’telah banyak waktuku terbuang percuma’’
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar