Cahaya Untuk Hati


-->
“Attar adalah jiwa.”…Jalaludin Rumi
(Mahaguru Tasawuf dari Persia)

Judul Buku      : Perjalanan Menuju Tuhan
Pengarang       : Faridudin Attar
Penerbit           : Hijrah
Tahun Terbit    : Yogyakarta,Desember 2003
Tebal               : 29 Bab + 256 Halaman
Faridudin Abu Hamir Muhamad Ibn Ibrahim dan lebih dikenal dengan nama Attar, penebar wangi. Meskipun sedikit sekali tentang riwayat hidupnya, namun dapat dipastikan dia terlahir tahun 1120 M. dekat Nisabur di Persia Barat Laut,  tempat kelahiran Umar Khayam. Attar hidup sebelum Rumi, tahun wafatnya juga tidak diketahui dengan pasti akan tetapi diperkirakan pada tahun 1230 M. Sehinga umurnya mencapai 110 Tahun. Riwayat semasa hidupnya konon dikenal legendaries yang terutama pada waktu kematiannya di tangan prajurit Jengis Khan. Melalui catatannya ,dapat disebutkan bahwa ia menghabiskan 13 Tahun masa mudanya di Meshed. Dia mempelajari  hidup sebagai sufi, Dia mengembara keberbagai negeri selama 39 tahun, belajar di pemukiman para syaikh dan mengumpulkan tulisan sufi-sufi saleh terutama tentang legenda dan cerita-cerita mereka, kemudian kembali ke Nisabur hinnga akhir Hayatnya. Konon dia memiliki pengetahuan tentang dunia sufi yang tidak tertandingi pada masanya. Dia mengarang 200.000 sajak dan berbagai karya prosa.
Inilah sebuah karya luar biasa  dari Faridudin Attar. Sebuah perjalanan panjang  menuju sebuah hakikat Sang Maha, dan pertemuan itupun telah terjadi. Sebuah novel perpaduan antara filsafat dengan Agama yang Singkat dan padat.

Satu hal yang menarik dari karya sastra ini, yaitu , bahwa sebuah perjalanan yang kita jalani akan menjadi berharga jika dalam prosesnya bukan pertemuannya.
Didalamnya penuh dengan berbagai sebuah kata yang sangat teoritis namun praktis. Dalam penggambaran tokohnya sendiri mengisahkan tentang sekumpulan bermacam macam burung yang luar biasa untuk menemukan pemimpin pujaan mereka, yang dalam kisah ini berwatak sama dengan  Manusia .Setelah melewati berbagai halangan serta rintangan , merekapun berhasil menjumpai sang kekasih yang didamba. Siapun yang membaca karya ini akan merasakan bahwa dirinya mirip sekali dengan salah satu dari tokoh burung dalam kisah ini . Dan perjalan itupun penuh dengan sentilan sufistik  yang memberi kita perspektif baru dalam memandang dunia serta menyadarkan kehidupan ruhaniah kita. Buku ini harus dibaca dengan penuh penghayatan, karena ini bukan buku sekumpulan puisi atau sekedar kata-kata mantra.
Buku ini begitu mengesankan dengan adanya catatan tentang kata kiasan dalam buku ini yang dibahas mendetail dan  historis di halaman tersendiri. Meskipun masih terdapat kesalahan cetak dan kelengkapan kata itupun sedikit dan pada halaman tertentu saja. Ada kata yang bisa menngambarkannya di dalam novel ini ”Tahukah engkau apa yang kamu miliki ? Masukilah dirimu dan renungkanlah, selama belum engkau tinnggalkan kebanggaan diri, kesombongan, mencintai diri, engkau tidak akan menemukan puncak kebakaan . Dijalan itu tercampak dari kehinaan dan terangkat dengan penuh kehormatan. Kata yang puitis dan terkenal dengan sebutan gelar ”Mantiq Al-Tayr dan Maqamat Al-Tayr”. Keduanya adalah percakapan ,pembicaraan, sebagai tahap dijalan kebenaran, atau katakana Diwan kemabukan yang hanya satu cara untuk memasukinya yaitu dengan cinta.

Hal lain yang menjadikan buku ini dalam kategori wajib dibaca adalah, bahwa karya ini dengan jujur memberikan karakter pada makhluk bernama burung yang pada hakikatnya adalah tak jauh berbeda dengan karakter jiwa manusia. Ada yang gagah tapi berjiwa kerdil, ada yang cantik tapi berjiwa angkuh, yang bingung menemukan cinta dan cita-cita dan masih banyak lagi.
Burung-burung itu telah berhasil menemukan sang Simurgh, yang didaulat mereka untuk menjadi panutan dan sang raja bagi mereka. Dia adalah pilihan tepat para burung dan mereka berjuang hingga nafas terakhir untuk menjumpainya…..lalu bagaimana dengan kita?

                                                                                               
                                                                                                            Resentator ,

                                                                                                            (Lanuer Soul)
                                                                                                            Dedi Dasrianus Gulo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Asal Mula Marga di Pulau Nias

Konon, Lowalangi (Mula Jadi Na Bolon bagi orang Batak)menciptakan langit berlapis Sembilan. Lalu menciptakan pohon kehidupan bernama Tora’...