“Attar adalah jiwa.”…Jalaludin Rumi
(Mahaguru Tasawuf dari Persia)
Judul Buku : Perjalanan Menuju Tuhan
Pengarang : Faridudin Attar
Penerbit : Hijrah
Tahun Terbit : Yogyakarta,Desember
2003
Faridudin Abu Hamir Muhamad Ibn Ibrahim dan lebih dikenal
dengan nama Attar, penebar wangi. Meskipun sedikit sekali tentang riwayat
hidupnya, namun dapat dipastikan dia terlahir tahun 1120 M. dekat Nisabur di
Persia Barat Laut, tempat kelahiran Umar
Khayam. Attar hidup sebelum Rumi, tahun wafatnya juga tidak diketahui dengan
pasti akan tetapi diperkirakan pada tahun 1230 M. Sehinga umurnya mencapai 110
Tahun. Riwayat semasa hidupnya konon dikenal legendaries yang terutama pada
waktu kematiannya di tangan prajurit Jengis Khan. Melalui catatannya ,dapat
disebutkan bahwa ia menghabiskan 13 Tahun masa mudanya di Meshed. Dia
mempelajari hidup sebagai sufi, Dia
mengembara keberbagai negeri selama 39 tahun, belajar di pemukiman para syaikh
dan mengumpulkan tulisan sufi-sufi saleh terutama tentang legenda dan
cerita-cerita mereka, kemudian kembali ke Nisabur hinnga akhir Hayatnya. Konon dia
memiliki pengetahuan tentang dunia sufi yang tidak tertandingi pada masanya.
Dia mengarang 200.000 sajak dan berbagai karya prosa.
Inilah sebuah karya luar biasa dari Faridudin Attar. Sebuah perjalanan
panjang menuju sebuah hakikat Sang Maha,
dan pertemuan itupun telah terjadi. Sebuah novel perpaduan antara filsafat
dengan Agama yang Singkat dan padat.
Satu hal yang menarik dari karya sastra ini,
yaitu , bahwa sebuah perjalanan yang kita jalani akan menjadi berharga jika dalam
prosesnya bukan pertemuannya.
Didalamnya penuh dengan berbagai sebuah
kata yang sangat teoritis namun praktis. Dalam penggambaran tokohnya sendiri
mengisahkan tentang sekumpulan bermacam macam burung yang luar biasa untuk
menemukan pemimpin pujaan mereka, yang dalam kisah ini berwatak sama dengan Manusia .Setelah melewati berbagai halangan
serta rintangan , merekapun berhasil menjumpai sang kekasih yang didamba.
Siapun yang membaca karya ini akan merasakan bahwa dirinya mirip sekali dengan
salah satu dari tokoh burung dalam kisah ini . Dan perjalan itupun penuh dengan
sentilan sufistik yang memberi kita
perspektif baru dalam memandang dunia serta menyadarkan kehidupan ruhaniah
kita. Buku ini harus dibaca dengan penuh penghayatan, karena ini bukan buku
sekumpulan puisi atau sekedar kata-kata mantra.
Buku ini begitu mengesankan dengan adanya
catatan tentang kata kiasan dalam buku ini yang dibahas mendetail dan historis di halaman tersendiri. Meskipun masih
terdapat kesalahan cetak dan kelengkapan kata itupun sedikit dan pada halaman
tertentu saja. Ada kata yang bisa menngambarkannya di dalam novel ini ”Tahukah
engkau apa yang kamu miliki ? Masukilah dirimu dan renungkanlah, selama belum
engkau tinnggalkan kebanggaan diri, kesombongan, mencintai diri, engkau tidak
akan menemukan puncak kebakaan . Dijalan itu tercampak dari kehinaan dan
terangkat dengan penuh kehormatan. Kata yang puitis dan terkenal dengan sebutan
gelar ”Mantiq Al-Tayr dan Maqamat Al-Tayr”. Keduanya adalah percakapan
,pembicaraan, sebagai tahap dijalan kebenaran, atau katakana Diwan kemabukan
yang hanya satu cara untuk memasukinya yaitu dengan cinta.
Hal lain yang menjadikan buku ini dalam
kategori wajib dibaca adalah, bahwa karya ini dengan jujur memberikan karakter
pada makhluk bernama burung yang pada hakikatnya adalah tak jauh berbeda dengan
karakter jiwa manusia. Ada yang gagah tapi berjiwa kerdil, ada yang cantik tapi
berjiwa angkuh, yang bingung menemukan cinta dan cita-cita dan masih banyak
lagi.
Burung-burung itu telah berhasil menemukan
sang Simurgh, yang didaulat mereka untuk menjadi panutan dan sang raja bagi
mereka. Dia adalah pilihan tepat para burung dan mereka berjuang hingga nafas
terakhir untuk menjumpainya…..lalu bagaimana dengan kita?
Resentator
,
(Lanuer Soul)
Dedi Dasrianus Gulo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar