Shift, Si Monyet Iri Hati

Dalam karya terakhir serial novel Narnia-nya yang berjudul The last Battle, C.S Lewis menciptakan sebuah kisah tentang akhir dari dunia ajaib Narnia yang diawali dari sebuah sifat jahat sesekor monyet yang memiliki iri hati dalam hatinya. Monyet yang bernama Shift ini iri dengan Aslan, sang Singa yang menciptakan dunia ajaib Narnia tersebut.

Shift ingin berkuasa seperti Aslan, namun ia tidak bisa. Akhirnya ia memiliki sebuah ide untuk mendandani seekor keledai bodoh dengan sebuah kulit singa liar yang ditemukannya. 
Ia pun mengatakan bahwa keledai tersebut adalah Aslan sendiri, dan mengatakan bahwa dirinya adalah juru bicara Aslan. Dengan cara ini, ia memerintahkan hal-hal kejam untuk dilakukan dinegeri Narnia, dan membuat makhluk menjadi budaknya yang harus melayaninya setiap saat atas nama Aslan. Akhir kisahnya, berkat bantuan dari anak-anak manusia pilihan Aslan sendiri, tindakan jahat Shfit terbongkar dan ia harus mati akibat kelakuannya sendiri yang sangat jahat dan ingin berkuasa atas segala sesuatu.

Shift adalah monyet jahat yang iri terhadap Aslan, pemimpin Narnia yang baik hatinya. Namun dalam kehidupan nyata tidak jarang ada orang-orang yang sudah menjalani kehidupan yang baik tetapi masih mempunyai sikap iri hati terhadap kehidupan orang-orang berdosa.

Mereka berpikir bagaimana bisa orang yang melakukan cara-cara keji untuk memperoleh sesuatu dalam hidupnya mendapatkan kehidupan yang jauh lebih baik daripada mereka yang menggunakan cara yang benar dan tidak melanggar perintah maupun hukum. 

Para koruptor yang dengan berpoya-poya menghamburkan uang curian dengan mudah dan tidak pernah merasakan  yang namanya kesulitan uang. Para PSK yang mudah sekali mendapatkan dan menghasilkan banyak uang, dan banyak lagi perbuatan kotor lainnya.

Akhirnya itu membuat orang yang sudah mengerjakan sesuatunya dengan benar yang sesuai hukum dan perintah yang sudah ditaati menjadi iri hati dan getir di dalam menjalankan kehidupan yang benar. Mengapa mereka bisa menjadi iri hati?

Pertama adalah karena mereka tidak belajar bersyukur untuk apa yang telah mereka terima dan miliki.
Kedua karena mereka tidak mengingat janji Tuhan akan kehidupan yang kekal bagi orang yang berbuat menurut perintahnya.
Ketiga adalah mereka tidak tahan uji dan masih mengidolakan urusan-urusan keduniawian.

Selagi kita masih belum mempunyai rasa iri hati ini, sebaiknya kita terus dan tetap melakukan cara hidup yang benar yang berkenan dihadapan Tuhan.

Tidak ada gunanya kita menjalani hidup yang berlimpah didunia dan penuh kebahagiaan dengan cara yang salah namun akhirnya binasa dengan membawa dosa-dosa kita tersebut.

Renungkanlah ini dan menjadi puaslah kamu atas apa yang Tuhan beri kepadamu. Jangan pernah iri hati terhadap hidup orang yang berdosa, karena kita memiliki masa depan yang jauh lebih indah dari mereka!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Asal Mula Marga di Pulau Nias

Konon, Lowalangi (Mula Jadi Na Bolon bagi orang Batak)menciptakan langit berlapis Sembilan. Lalu menciptakan pohon kehidupan bernama Tora’...