Namaku adalah Isabel, seorang yang hidup di dalam tekanan
selama puluhan tahun. Ketika usiaku tujuh tahun, aku dijual oleh ibuku menjadi
budak ke salah satu keluarga Taiwan.
Entah apa yang ada di dalam pikiran ibuku sehingga ia tega melakukannya.
Hidup sebagai budak sungguh sangat mengerikan karena majikan
lebih sering memperlakukan budaknya dengan buruk. Tiap hari harus bekerja
keras, termasuk memasak dan mencuci, namun aku hanya diperbolehkan tidur di
garasi beralaskan kardus.
Tidak jarang aku dipukuli oleh majikanku. Hari demi hari
berlalu, seolah-olah hidupku hanya dipenuhi kesuraman. Selama disana, aku
sering merasa sedih. Sebagai remaja, aku juga ingin menikmati indahnya masa
remaja sebagaimana dirasakan oleh remaja lainnya.
Dimalam hari, aku sering merindukan ibuku dan berharap bisa
bertemu dengannya, namun aku tidak tahu caranya. Tak terbesit sedikitpun
kebencian di hatiku kepada ibuku. Aku pun berusaha mencari cara untuk bisa
keluar dari kehidupan mencekam itu. Tekad yang kuat itu memunculkan keberanian
untuk melarikan diri.
Aku pun berhasil melarikan diri dan hidup merdeka setelah
dua puluh tahun hidup sebagai budak. Kisahku lantas diberitakan oleh media
ternama, CNN, dan menjadi perhatian publik.
Saat wawancara, aku menyampaikan niatku untuk bertemu ibuku,
”Ibu, aku menyayangimu. Aku hanya ingin bertemu denganmu.” Akupun pulang
kekampung halaman untuk bertemu pertama kalinya dalam 20 tahun. Saat bersua
ibuku, dengan besar hati aku mengampuninya. Mimpi puluhan tahun itu pun
akhirnya terwujud. Raut wajahnya tidak menunjukan kemarahan sedikit pun. Dia
telah mengampuni ibunya dan sang ibu juga terlihat bahagia.
Tidak menutup kemungkinan jika orang tua, saudara, dan
sahabat kita bisa melakukan kesalahan yang menimbulkan luka hati yang sangat
dalam. Tetapi dalam keadaan seperti itu pun kita dituntut untuk mewujudnyatakan
kasih dengan cara menerima dan mengampuni mereka yang telah melakukan kesalahan
kepada kita. Pusat perhatian kita bukan lagi kepada kesalahannya, tetapi kepada
kepribadiannya yang membutuhkan
pengampunan.
Perlu diingat bahwa Tuhan sanggup mengubah kesuraman akibat
kesalahan orang lain kepada kita menjadi sesuatu yang baik. Syaratnya, kita
harus terlebih dahulu mau mengampuni orang tersebut dan tetap bersyukur atas
keadaan itu. Jadi, lebih beruntung kalau kita mengampuni daripada memusatkan
perhatian kepada kesalahan orang lain dan memendam dendam.
Lihatlah kembali suatu ketika Nabi Yusuf yang telah dijahati
oleh saudara-saudaranya, namun ia menerima itu dan memaafkan kesalahan masa
lalu mereka semua. Ia pun berkata bahwa ini semua adalah rancangan Tuhan untuk
mendatangkan kebaikan. Mari kita teladani sifat kasih dari Nabi Yusuf ini,
karena seburuk apa pun perlakuan orang, itu takkan menghalangi maksud baik
Tuhan jika saja kita mau mengampuninya. Oke!
Anda Pasti Bisa!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar